SIKLUS
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DI PERUSAHAAN
Dewasa ini hampir semua perusahaan menyadari
besarnya peranan teknologi informasi dalam format bisnis yang dijalani.
Berbagai macam proyek teknologi informasi mulai dari otomatisasi administrasi
kantor (back office) untuk
meningkatkan efisiensi sampai dengan pengembangan sistem front office yang
bersifat strategis dikembangkan
secara simultan dalam
portfolio manajemen. Secara umum
proyek-proyek teknologi informasi atau sistem informasi dalam korporat
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yang secara
nature membentuk siklus tertentu seperti yang terlihat pada gambar berikut.
Proses perencanaan dan pengembangan suatu sistem informasi dimulai
dengan menganalisa kebutuhan bisnis atau
manajemen perusahaan (Business Requirements Analysis). Ada dua tujuan utama
dari langkah awal ini. Tujuan pertama adalah untuk mengetahui posisi
atau peranan teknologi informasi yang sesuai dengan perusahaan yang
bersangkutan. Hal ini perlu diperhatikan mengingat bahwa teknologi informasi memiliki
peranan yang unik untuk masing-masing perusahaan. Untuk retail banking
misalnya, peranan teknologi
informasi yang dikembangkan
biasanya bertujuan untuk
menjaring pelanggan sebanyak-
banyaknya, atau lebih ditekankan pada fungsi-fungsi front office; sementara bagi corporate banking, mungkin peranan teknologi informasi hanya didominasi pada proses otomatisasi fungsi-fungsi back office. Dengan kata lain, hasil dari tahap ini adalah suatu pengertian mengenai posisi teknologi informasi yang paling tepat (appropriate) bagi perusahaan yang bersangkutan. Ini akan menjadi dasar utama pemikiran
untuk pengembangan sistem informasi selanjutnya, terutama dalam hal penentuan besarnya investasi yang layak untuk dianggarkan. Tujuan kedua dari tahap ini adalah untuk mendefinisikan secara rinci jenis-jenis informasi baik yang secara taktis maupun strategis dibutuhkan oleh manajemen perusahaan untuk pengembangan bisnisnya.
banyaknya, atau lebih ditekankan pada fungsi-fungsi front office; sementara bagi corporate banking, mungkin peranan teknologi informasi hanya didominasi pada proses otomatisasi fungsi-fungsi back office. Dengan kata lain, hasil dari tahap ini adalah suatu pengertian mengenai posisi teknologi informasi yang paling tepat (appropriate) bagi perusahaan yang bersangkutan. Ini akan menjadi dasar utama pemikiran
untuk pengembangan sistem informasi selanjutnya, terutama dalam hal penentuan besarnya investasi yang layak untuk dianggarkan. Tujuan kedua dari tahap ini adalah untuk mendefinisikan secara rinci jenis-jenis informasi baik yang secara taktis maupun strategis dibutuhkan oleh manajemen perusahaan untuk pengembangan bisnisnya.
Setelah
kebutuhan bisnis didefinisikan, langkah
berikutnya adalah melaksanakan
suatu perencanaan strategis di bidang pengembangan teknologi
informasi yang biasa disebut dengan Information Technology Strategic
Planning. Output dari
langkah ini sebenarnya
cukup sederhana, yaitu
blue print rencana pengembangan sistem informasi untuk jangka pendek, jangka menengah, dan
jangka panjang. Di samping itu juga disusun
teknik-teknik terkait untuk mendukung terselenggaranya implementasi
proyek-proyek tersebut, misalnya format
struktur organisasi yang diperlukan, metode kerjasama dengan perusahaan lain, skala
prioritas, standar manajemen proyek, proses dan prosedur tender, dan lain
sebagainya.
Untuk mengelola sekian proyek teknologi
informasi di dalam perusahaan - yang di satu pihak saling terkait satu dengan
lainnya dan di pihak lain terdiri dari modul-modul yang terpisah (untuk keperluan
divisi-divisi yang terpisah pula) - diperlukan suatu manajemen khusus untuk
memantau pelaksanaan masing-masing proyek dalam portfolio.
Setiap proyek mulai
dari tahap perencaaan,
analisa, desain, konstruksi, implementasi, sampai pada tahap
pasca implementasi harus dimonitor dengan sebaik-baiknya. Alasan pertama adalah untuk menjamin keberhasilan program-program
yang ditargetkan sesuai dengan kebutuhan (terutama
dari segi waktu dan biaya). Alasan kedua adalah untuk menjamin utilisasi
pemakaian berbagai macam sumber daya (uang, waktu, manusia, kesempatan,
informasi, dsb.) yang selain mahal, juga sangat terbatas keberadaannya. Alasan
lain adalah untuk menjaga integritas seluruh proyek yang dikerjakan, agar tidak terjadi konflik kepentingan maupun
redundansi pekerjaan.
Proses berikutnya dalam
siklus pengembangan teknologi informasi
di perusahaan adalah
manajemen proyek (Information
Technology Project Management) itu sendiri. Secara garis besar ada tiga jenis
proyek yang mendominasi kebanyakan perusahaan di Indonesia. Kelompok pertama
adalah segala macam proyek yang berkenaan dengan
konstruksi fisik
infrastruktur teknologi
informasi, mulai dari instalasi kabel, pengadaan
komputer, sampai dengan
pembangunan jaringan komputer
semacam LAN atau
WAN. Kelompok kedua
adalah implementasi dari paket perangkat lunak (application
software) yang dibeli perusahaan,
mulai dari modul-modul
retail seri Microsoft
sampai dengan sistem
informasi korporat setingkat SAP,
Oracle, dan BAAN. Kelompok terakhir adalah yang biasa disebut dengan in-house
custom development, yaitu berupa pengembangan perangkat lunak aplikasi
oleh sumber daya manusia internal perusahaan, dengan cara menggunakan
bahasa-bahasa pemrograman umum seperti Visual Basic, Cobol, RPG, dan Pascal, yang dikombinasi dengan sistem
basis data semcam Microsoft Access, SQL Server, Oracle, atau Fox Pro.
Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah dipergunakannya secara disiplin
dan konsisten
filosofi manajemen proyek
di bidang teknologi
informasi untuk masing-masing
jenis pengembangan yang secara
nasional maupun internasional telah terbukti efektivitasnya.
Setelah masing-masing proyek sukses
dilaksanakan, hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah teknik-teknik manajemen pemeliharaan sistem
informasi yang telah dibangun dan diimplementasikan. Manajemen pemeliharaan
sistem (maintenance, supports,
and services) tidak
hanya yang berhubungan
dengan bagaimana secara
fisik memelihara infrastruktur yang ada dan selalu memberikan pelayanan kepada pengguna atau users secara memuaskan, tetapi lebih dari pada itu.
Hal-hal seperti langkah-langkah yang harus diambil jika sistem harus
dimodifikasi secara minor maupun besar-besaran, proses atau prosedur yang
harus dilalui jika
ada permintaan akan
informasi yang baru,
pengambilan keputusan terhadap anggaran yang harus disusun secara ad-hoc karena kebutuhan mendadak,
pemberian pelatihan kepada karyawan
(user) baru, merupakan contoh dari berbagai aktivitas yang harus jelas prosedur
pelaksanaan dan pengelolannya. Tidak
jarang ditemui perusahaan
yang telah mengeluarkan
biaya pemeliharaan yang ternyata jauh lebih besar
daripada biaya pengembangan sistem komputer itu sendiri hanya karena tidak adanya manajemen pemeliharaan yang baik. Harap
diingat bahwa unsur terbesar dari biaya pengembangan teknologi informasi
yang biasanya tidak
diperhatikan manajemen perusahaan
adalah hidden costs sehubungan
dengan kebutuhan pemeliharaan sistem.
Untuk
perusahaan yang sangat
menggantungkan aktivitasnya kepada
kehandalan teknologi informasi (perusahaan
jasa seperti bank, asuransi, sekuritas, stock exchange, telekomunikasi, dsb.),
perlu diadakan suatu analisa terhadap sistem teknologi informasi yang dimiliki
saat ini berkaitan dengan resiko-resiko manajemen
yang mungkin timbul di kemudian hari. Masalah-masalah seperti keamananan data
atau sistem, kontrol internal
terhadap penggunaan sistem, contingency planning jika ada komponen
infrastruktur yang
mendadak rusak (misalnya jaringan telekomunikasi melalui satelit rusak, apakah ada penggantinya?), jalur komunikasi yang mungkin disadap orang lain, adalah contoh-contoh faktor yang perlu diperhatikan. Alasannya sederhana. Jika di perusahaan yang bersangkutan teknologi informasi merupakan komponen utama dalam menjalankan bisnis, sedikit saja kerusakan atau ketidaknormalan terjadi pada sistem terkait, akan memberikan dampak buruk yang secara signifikan mempengaruhi kinerja perusahaan (tidak tertutup kemungkinan terjadinya kerugian bisnis secara besar dalam waktu singkat: bayangkan berapa nilai uang yang hilang jika satu jam sistem komputer dalam lantai bursa stock exchange mendadak rusak!).
mendadak rusak (misalnya jaringan telekomunikasi melalui satelit rusak, apakah ada penggantinya?), jalur komunikasi yang mungkin disadap orang lain, adalah contoh-contoh faktor yang perlu diperhatikan. Alasannya sederhana. Jika di perusahaan yang bersangkutan teknologi informasi merupakan komponen utama dalam menjalankan bisnis, sedikit saja kerusakan atau ketidaknormalan terjadi pada sistem terkait, akan memberikan dampak buruk yang secara signifikan mempengaruhi kinerja perusahaan (tidak tertutup kemungkinan terjadinya kerugian bisnis secara besar dalam waktu singkat: bayangkan berapa nilai uang yang hilang jika satu jam sistem komputer dalam lantai bursa stock exchange mendadak rusak!).
Proses terakhir yang terjadi dalam siklus
pengembangan sistem informasi di perusahaan adalah apa yang sering dinamakan
sebagai Information System Effectiveness Review. Dalam era globalisasi saat
ini, alam persaingan bisnis terasa sedemikian
beratnya. Untuk bersaing dengan kompetitor dalam industri sejenis, penawaran barang/produk
atau jasa secara
lebih murah dengan
kualitas lebih baik
belum cukup dipergunakan sebagai senjata utama. Hal lain yang
menjadi kunci utama untuk dapat bertahan dalam abad
ini adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
beradaptasi secara cepat terhadap perubahan alam kompetisi yang juga bergerak
sedemikian cepatnya. Bahkan untuk beberapa jenis industri hitungannya bisa per
detik! Dengan kata lain, dinamika perubahan bisnis yang terjadi, yang
secara langsung maupun tidak langsung berdampak
terhadap strategi perusahaan, harus selalu dikonfirmasikan dengan keberadaan
atau eksistensi sistem informasi yang telah dimiliki. Sering terjadi kasus
dimana kebutuhan perusahaan pada saat sebuah proyek teknologi informasi
dimulai sudah jauh berbeda dengan kebutuhan bisnis ketika proyek tersebut selesai dilaksanakan (alias program perangkat lunak
yang dibuat sudah tidak 100% sesuai lagi dengan kebutuhan perusahaan). Untuk
mengatasi hal ini,
manajemen perusahaan harus
secara periodik dan kontinyu menilai
dan menganalisa tingkat
efektivitas dari teknologi
informasi yang dimiliki
dalam menjawab kebutuhan terkini (mutakhir) dari perusahaan.
Harap diperhatikan bahwa teknologi informasi hanya merupakan aspek supply di
dalam sebuah perusahaan, yang keberadaannya merupakan jawaban terhadap aspek demand, yaitu sistem informasi itu
sendiri.
Pada akhirnya siklus
pengembangan teknologi informasi
akan kembali pada
langkah pendefinisan kebutuhan bisnis yang seperti telah dijelaskan
senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Bahkan tidak jarang dialami oleh
beberapa perusahaan yang merubah strategi bisnisnya setelah melihat
kesempatan-kesempatan pengembangan
lain yang ditawarkan oleh teknologi informasi.
Dengan diketahuinya siklus ini, diharapkan
para manajer sistem informasi (Divisi
EDP, Departemen Teknologi
Informasi, Bagian Pengolahan Data, dsb.)
dapat dengan mudah memilah-milah dan menganalisa proyek-proyek
yang ada dalam portfolio manajemen pengembangan teknologi informasi, sehingga
bisa diketahui posisi evolusinya. Dengan
mengetahui posisi tersebut, akan
semakin mempermudah dalam melakukan
manajemen masing-masing proyek
atau program yang
telah dicanangkan perusahaan.
Di samping itu, siklus ini juga
telah terbukti sangat membantu dalam hal pemberian batasan atau scope pengembangan
proyek-proyek teknologi informasi yang melibatkan pihak-pihak eksternal
perusahaan, seperti vendor, konsultan,
rekanan bisnis, dan lain sebagainya.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus